Rabu, 05 Juni 2013

[Story] The Last and New Battle : part 10

The Last and New Battle

---PriZzzZt---Friend---

         Tiga hari telah berlalu sejak Rex dan Prizz mengetahui fakta yang mengejutkan dari Elen, kini keduanya jadi lebih pendiam dan bersikap canggung baik di rumah maupun di sekolah. Keanehan yang terjadi pada Rex atau pun Prizz membuat Winnie dan Dize curiga. Akhirnya pada siang harinya mereka mengajak Prizz dan Rex ke ruang klub walaupun dengan sedikit paksaan.
"Hah ada apa sih?" keluh Prizz yang ditarik Winnie menuju ruang klub.
"Udah diem ajah, ada yang harus ditanyaiin sama kamu." jawab Winnie yang bergegas ke klub.
Mereka pun tiba di ruang klub yang dimana Rex dan Dize sudah sampai, dan mereaka memulai pembicaraan. Keadaan di ruang klub mulai serius, baik Rex maupun Prizz hanya mampu memasang wajah yang gelisah.
"Kalau gitu aku mulai ajah sekarang ya, pertama-tama ada nggak yang mau kamu bicarain Prizz?" ucap Winnie.
"Ummm, apaan? nnggak ada kok.."jawab Prizz "kalau gitu, kamu Rex ada gak yang mau kamu bicarain ke kita.?" tanya Winnie kali ini pada Rex
"Nggak ada kayaknya". "kalau gitu Hari ini aku mau bahas liburan kita yang udah diomongin belum lama ini, gimana jadinya.?"
"Perasaan udah kita bahas deh, minggu depan kan.?" jawab Prizz
"Oh ternyata masih inget ya..? sekarang aku mau nanya sebenernya kalian berdua kenapa sih..?" tanya Winnie pada Prizz dan Rex.
"Maksudnya apa sih?" ucap Prizz .
"Huh, kayaknya nggak masalah kalau diceritain semuanya ke kalian." ujar Rex "Jangan dulu Rex" ucap Prizz tiba-tiba.
"Hah, maksudnya apaan Prizz..?" "Haduh, memang benar" ucap Prizz yang terlihat murung.
"maksud kalian apaan sih? jangan bikin aku sama Diz penasaran gini" "Hu'uhH" ujar Winnie dan Dize.
"Baiklah aku akan cerita duluan, Rex sebenernya waktu kamu pulang bareng Elen dan waktu janjian berdua di Cafe aku ngikutin kamu" Ucap Prizz sedikit merendah.
"Hah,,? jadi kamu mengikuti kami ya.. Hah, udah aku duga..-,-" jawab Rex.
"Hah 'Triangle Love' kah.?" sambung Dize mengejutkan Prizz "Dukk" pukul Winnie "Diem dulu Diz."
"Jadi kamu udah tau semuanya Prizz..?" "Iya"
"Sebenernya apaan sih kalian berdua, Rex cerita sekarang.." perintah Winnie sedikit keras.
"Ya itu memang niat ku." Rex pun mulai bercerita panjang lebar tentang apa yang dikatakan Elen kepadanya. Semua yang dikatakan Rex membuat Winnie dan Dize tercengan dan sulit untuk percaya.
  
       "Hahhh, itu sih gila.." teriak Diz setalah mendengar cerita Rex "Iya itu mah gila" sambung Winnie mengiyakan ucapan Diz.
"Tapi itu memang cerita yang aku dengar langsung dari Elen." jawab Rex "Iya aku juga denger itu semua kok.." sambung Prizz
"Tapi itu belum tentu terjadi, namun kita harus waspada, dan inget jangan ceritain hal ini ke publik ya." ujar Rex.
"Iya aku ngerti sekarang, kalau gitu aku bakal nyiapin tombak dan katana leluhur ku." ucap Diz "Emangnya harus kayak gitu apa?"
"Aku rasa gakpapa sih, lagian kita harus mempersiapkan hal yang paling buruk iya kan..." jawab Rex.
"Kalau gitu aku juga bakal mempersiapkan persenjataan keluarga yang udah aku modifikasi sendiri, hahaha." ujar Winnie.
"Enggak," teriak Prizz "Kalian semua kenapa sih, memangnya kalian bener-bener ingin ada peperangan, hah?" ucap Prizz dengan mata yang berkaca-kaca.
"Maksud kita bukan kayak gitu kok Prizz.." ucap Winnie dengan nada penyesalan.
"Kehilangan seseorang yang kita sayangi itu menyakitkan.." ucap Prizz lirih dan mulai meneteskan air matanya.
"." mereka pun hanya berdiam. "Huh, kalau gitu lebih baik kita ngomongin soal liburan kita aja gimana..?" ucap Dize menghibur. Prizz pun bergegas meninggalkan ruang klub. "Prizz tunggu," panggil Winnie sambil mulai menyusul namun dihentikan Rex.
"Biarin dulu dia sendiri, biar ntar aku yang ngomong." ucap Rex menjegat Winnie.
"Yah, aku juga yakin Prizz bakal ceria lagi besok.." ujar Dize.

          Di atas bangunan sekolah Prizz berdiam sendiri sambil terus memandangi langit sore di Hue City. "Drrttt,drrtt" getar Hp Prizz kemudian mengangkat telponnya. "Prizz maaf ya yang tadi aku gak bermaksud nyinggung mu kok.." ucap Winnie.
"hahaha, iya Win, tadi aku yang terlalu emosional, tenang ajah oke.." jawab Prizz santai.
"Oke deh kalau gitu Prizz, maaf ya sekali lagi.. bye" "Bye".
"Udah tenang kah sekarang.." tegur Rex kemudian menghampiri Prizz dan memberikan minuman.
"Ya, gakpapa kok, makasih ya Rex. gak disangka kamu perhatian juga." ucap Prizz dengan senyum yang dipaksakan.
"Huh, jangan terlalu dipaksaka begitu..." kemudian memegang tangan Prizz "Gak ada salahnya buat bersedih dan menangis.." ucap Rex lembut.
Prizz pun mulai menangis tersedu-sedu "A-aku cuma takut kehilangan lagi, Aku gak mau kehilangan lagi orang yang ku sayangi lagi.."
Kemudian Rex mengusap kepala Prizz dan menghapus air mata dari pipi Prizz, kemudian sambil menatap mata Prizz Rex berkata "Aku gak akan ninggalin sahabat ku kok.." "Janji ya.." "heh" angguk Rex. Kemudian Prizz mulai meninggikan kepalanya dan bibir mereka mulai berdekatan,  "A-ahhh.. kayaknya udah mau malem nih, ayok kita segera pulang, hehehe" Ucap Rex, melangkah mundur dan memalingkan mukanya dari Prizz. "O-ooh iya-ya udah mulai gelap nih hehehe" sambung Prizz yang juga memalingkan wajahnya dengan ekspresi wajah yang memerah.
"Emmm, udah yuk kita pulang.." "ummm, i-iya" mereka pun mulai kikuk satu sama lain.

         Mereka akhirnya bertambah akrab, kini masing-masing dari mereka berempat mulai menumbuhkan ikatan persahabatan dan kepercayaan yang lebih kuat. Keesokan paginya seorang pria mengunjungi rumah Prizz.
"Ting,Dong" suara bell rumah terdengar, Rex pun bergegas membukakan pintu. "Ceklek" pintu pun dibuka Rex.
"Mencari siapa ya..?" tanya Rex kepada seorang pria dengan bewok tipis di depannya.
"Sreenggg" tiba-tiba Rex ditodong Pedang tepat di lehernya. "hah... a-ada apa ya..?". Rex pun seketika kebingungan dan bertanya-tanya siapa orang ini.